Sabat ke 11 - 11 Desember | Korea Selatan
Jang Dong-woon, 65 Tahun

Bip, bip. Beberapa kali sehari, peringatan teks darurat muncul di ponsel saya. Pesan-pesan tersebut berisi informasi tentang virus korona dan peringatan agar tidak meninggalkan rumah. 

Wilayah Korea Selatan tempat saya tinggal mendapatkan penghargaan sebagai zona bebas COVID di tengah pandemi COVID-19. Tetapi kemudian Pasien No. 31 membawa virus ke wilayah saya dengan menghadiri pertemuan kelompok Kristen cabang. Acaranya berubah menjadi penyebaran hebat korona. Kota saya dengan cepat menjadi yang paling terinfeksi di negara ini, dengan ratusan kasus baru yang dikonfirmasi setiap hari. Jumlah kasus yang dikonfirmasi mencapai 6.000 kurang dari sebulan setelah kejadian tersebut. Ketika media nasional mengeluarkan laporan harian tentang wilayah saya, orangorang di seluruh Korea Selatan memandang rendah kami sebagai penyebab utama penyebaran virus korona di seluruh negeri. 

Segalanya tampak berhenti dalam sekejap. Tidak ada orang di supermarket, pasar luar ruangan, ataupun restoran. Tidak ada yang membeli atau menjual. Hanya sedikit mobil terlihat di jalanan. Virus yang tidak terlihat dengan cepat membalikkan dunia yang terlihat. 

Gereja saya juga terpengaruh. Saya telah membagikan kasih saya kepada Yesus selama beberapa dekade, tetapi ibadah dan kegiatan misionaris saya terhenti. Saya bertanya-tanya apakah gereja Tuhan harus dipaksa untuk menutup pintunya. Haruskah kita diam-diam melepaskan panggilan kita untuk menyebarkan Injil dan menunggu situasi membaik? Saya tidak bisa. Saat dunia menutup, saya berdoa. 

“Bapaku, aku tahu bahwa krisis global adalah kesempatan yang baik. Kesempatan apa yang akan Engkau berikan kepada saya? “ Saya berdoa lagi dan lagi. 

Cahaya terang melintas di kegelapan yang gelap gulita. Saya ingat waktu saya belajar bagaimana membuat pembersih tangan dengan departemen pelayanan kesehatan konferens. 

“Salah satu yang dibutuhkan orang sekarang adalah hand sanitizer,” pikir saya. Dengan bantuan departemen pelayanan kesehatan, anggota gereja saya membuat sekitar 1.000 botol pembersih tangan dan mendistribusikannya di pasar luar ruangan. Kami memakai masker dan sarung tangan untuk memberikan pembersih tangan. Orang-orang menanggapi seolaholah pembersih tangan adalah salah satu hadiah paling berharga di dunia. Mereka menunjukkan rasa terima kasih yang tulus. Kami tidak mengungkapkan nama gereja kami, tetapi banyak orang bertanya, “Dari mana asalmu?” atau “Organisasi mana yang Anda wakili?” Kemudian kami menjawab bahwa kami adalah umat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. 

Krisis berubah menjadi peluang. Kasih Tuhan yang terungkap melalui berbagi hati yang meleleh yang dibekukan oleh COVID-19. 

Kemudian Tuhan memberi saya ide lain. Korea Selatan mengalami kepanikan nasional saat masker terjual habis. Antrean panjang orang menunggu untuk membeli masker langka di toko-toko. 

“Bagaimana saya dapat membantu orang-orang yang berjuang ini?” Saya bertanya-tanya. 

Ketika saya memikirkannya, saya ingat belajar menggunakan mesin jahit ketika saya masih muda. Saya mulai membuat masker kain di rumah. Saat saya perlahan-lahan membuat masker demi masker, anggota gereja lainnya mendengar tentang inisiatif ini dan dengan sukarela membantu. Keterlibatan mereka memberi saya keberanian dan kekuatan. Yang terpenting, saya bersukacita melihat anggota gereja yang mengundurkan diri dari pekerjaan penjangkauan karena COVID-19 mendapatkan kembali vitalitas mereka bagi Kristus. 

Tuhan kita adalah Tuhan pengubah keadan dan Dia mengubah krisis menjadi peluang. Orang-orang yang dipisahkan oleh jarak sosial mendekat melalui pembersih tangan dan masker. Gereja saya telah menjadi tempat untuk membagikan vaksin kasih, vaksin terbaik dalam krisis apa pun. Kami telah mendistribusikan 3.000 botol pembersih tangan dan ratusan masker. 

Melalui upaya berbagi yang diprakarsai dan diberdayakan oleh Tuhan ini, saya berdoa dengan sungguh-sungguh agar bumi tidak dipenuhi dengan COVID-19 tetapi dengan “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yesaya 11: 9). 

Bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun pusat misi di wilayah Korea Selatan di mana gereja Jang Dong-woon berada. 

Oleh Jang Dong-woon

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama