Sabat ke 3 - 16 Oktober | Mongolia
Cathie Hartman, 55 Tahun
Cathie Hartman, 55 Tahun
Mintalah dua orang untuk mempresentasikan wawancara berita misi ini.
Narator: Cathie dan almarhum
suaminya, Brad, adalah misionaris
Advent pertama pasca-Komunis di
Mongolia. Mereka tiba pada tahun
1991 dengan Adventist Frontier
Missions, sebuah departemen
pendukung. Cathie masih melayani
di Mongolia sampai saat ini.
Beritahu kami Cathie, bagaimana
Anda berdoa?
Cathie: Ketika kami tiba di
Mongolia pada tahun 1991, saya
merasa bahwa Tuhan memanggil
saya untuk menjadi pejuang doa.
Tetapi saya berkata kepada Tuhan,
“Saya berdoa sepanjang waktu. Bagaimana mungkin saya bukan
pejuang doa? “Saya berdebat
dengan Tuhan.
Setelah suami saya meninggal,
dan saya menikah lagi, kami pindah
ke negara Asia lain untuk sementara
waktu. Saya merasakan Tuhan
memanggil saya lagi untuk menjadi
pejuang doa. Saya mengalah dan
berkata, “Baiklah Tuhan, saya akan
memasukkan ‘berdoa tiga kali sehari’
pada jadwal saya.”’
Mukjizat pun mulai terjadi
setelah suami saya, tiga putri saya,
dan saya berdoa tiga kali sehari
sebagai sebuah keluarga. Kami
telah mencari tempat tinggal
selama berbulan-bulan dan Tuhan
menyediakan rumah. Suami saya
dan saya kehilangan pekerjaan
mengajar bahasa Inggris dan Tuhan
memberikan posisi mengajar baru
yang bahkan lebih baik.
Itu adalah langkah pertama
di mana Tuhan membawa saya
dalam doa. Langkah kedua adalah
ketika saya mulai merenungkan
perintah Yesus yang berulang
kali mengatakan untuk “berjaga dan berdoa” dalam Perjanjian
Baru. Saya tidak yakin apa yang
Tuhan maksudkan. Saya mencari
dalam tulisan Ellen White tentang
berjaga dan berdoa, dan saya
memadatkannya menjadi satu
dokumen. Saya belajar bahwa
“berjaga-jaga” berarti kita harus
memperhatikan emosi kita,
memperhatikan kata-kata kita,
dan memperhatikan apakah kita
memiliki sikap acuh tak acuh.
Kapan pun putri saya mengalami
pergumulan di awal masa remajanya,
saya bertanya, “Sudahkah Anda
berjaga dan berdoa?” Biasanya,
mereka mengaku belum. Kami pun
menyisihkan ruang doa di rumah kami di mana masing-masing dari
kami, tiga kali sehari, secara pribadi
mengakui dosa dan kelemahan
kami dan meminta Tuhan untuk
menggantikannya dengan semangat
yang penuh kasih dan rendah hati.
Ini sangat membantu kelancaran
hubungan keluarga kami.
Narator: Bagaimanakah Anda
membaca Alkitab?
Cathie: Setelah saya mengetahui
bahwa pelopor gereja William
Miller membaca ayat Alkitab satu
demi satu, saya memutuskan untuk
mencobanya juga. Sangat menarik
untuk membandingkan setiap ayat
dengan bahasa aslinya Ibrani atau
Yunani.
Saat ini, saya mencoba untuk
meningkatkan bahasa Mongolia
saya melalui Alkitab. Dengan sebuah
buku catatan, saya membaca ayat
dalam bahasa Inggris dan kemudian
dalam bahasa Mongolia. Ini proses
yang sangat lambat, tetapi saya
mencoba melakukan satu ayat
sehari.
Membaca dalam bahasa
Mongolia memberi saya perspektif
baru karena penggunaan kata
yang berbeda. Suatu pagi saya
membaca Ulangan 33: 1, yang dalam
bahasa Inggris mengatakan, “Musa,
abdi Allah”. Namun dalam bahasa
Mongolia, deskripsinya adalah,
“Pribadi Tuhan, Musa.” Saya bertanyatanya, “Bolehkah saya mengatakan, ‘Pribadi Tuhan, Cathie?’” Hanya itu
yang saya butuh kan untuk hari itu.
Narator: Bagaimana Anda
bersaksi?
Cathie: Hukum di beberapa
negara tempat saya tinggal
mempersulit orang asing untuk
menyampaikan Injil secara terbuka.
Tetapi Anda dapat menciptakan
kesempatan bagi orang untuk
mengajukan pertanyaan dan
sangat dibolehkan untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
Sebagai guru bahasa Inggris,
saya mengikuti kehadiran kelas
dengan meminta siswa untuk
menuliskan sesuatu di secarik kertas.
Saya meluangkan waktu untuk
menanggapi setiap surat. Beberapa
siswa membuka hati mereka.
Doa harian saya menggemakan
kata-kata Saul ketika dia melihat
Yesus dalam perjalanan ke
Damaskus. Dia berkata, “Tuhan, apa
yang Engkau ingin saya lakukan?”
Tuhan mengungkapkan kehendakNya ketika kita bertanya, “Apa
yang akan Anda minta agar kami
lakukan?” dalam setiap situasi setiap
hari.
Persembahan Sabat Ketiga Belas
Anda triwulan ini akan membantu
membuka pusat pola hidup Advent
di Ibu Kota Mongolia, Ulaanbaatar.
Oleh Andrew McChesney
Posting Komentar