Gao Xiu-yue, 68 Tahun
Kisah tentang Xiu-yue, seorang wanita pribumi berusia 68 tahun di Taiwan utara, mencerminkan realitas masyarakat adat di Taiwan. Tiga tahun lalu, sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas dipakai untuk membantu menyebarkan Injil di antara penduduk asli dan Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka tiga pusat pengaruh perkotaan yang ditujukan kepada penduduk asli dan lainnya di Taiwan. Terima kasih telah mendukung penyebaran Injil ke semua kelompok orang.
Saya tidak memiliki mobil. Saya tidak tahu cara mengendarai sepeda motor atau bahkan sepeda. Satu-satunya cara untuk pergi ke gereja pada hari Sabat adalah dengan taksi.
Bergereja pada hari Sabat menyebabkan masalah besar dalam pernikahan saya. Suami saya, yang bukan penganut Advent, marah ketika saya meninggalkannya untuk beribadah di gereja di desa asal saya.
Kami tinggal di kota besar tanpa gereja Advent di Taiwan Utara. Desa asal saya terletak di gunung agak jauh. Suami saya sakit-sakitan dan tidak mau pergi dengan saya. Tetapi ia juga tak ingin ditinggal di rumah. Pada suatu Sabat ketika saya pulang ke rumah dan menawarinya makan siang, dia melempar makanan itu ke lantai.
“Kamu hanya peduli tentang gereja!” dia meraung. “Kamu tidak peduli apakah aku hidup atau mati!”
Saya memang peduli dengan gereja, tetapi saya juga memperhatikan suami saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Tampaknya setiap kali saya berusaha untuk setia kepada Tuhan, saya diserang oleh musuh.
Anak laki-laki saya terluka parah dalam sebuah kecelakaan saat menjalani wajib militer. Saya pun meninggalkan rumah untuk merawatnya, dan ketika saya pergi, suami saya meninggal mendadak. Saya merasa bertanggung jawab atas kematiannya karena jika saya tinggal, saya mungkin dapat membantu menjaga dia. Kesedihan menguasai saya dan saya merasa tidak bisa berdoa atau membaca Alkitab selama sebulan. Akan tetapi, perlahan-lahan, saya menyadari bahwa Tuhan memegang kendali dan memiliki rencana yang indah untuk saya.
Saya juga melihat bahwa Tuhan memiliki rencana yang luar biasa untuk gereja desa kami. Kami perlu merenovasi gereja, dan kami memperkirakan biayanya 100.000 dolar Taiwan (sekitar 3.550 dolar AS). Itu jumlah yang sangat besar bagi kami penduduk desa, anggota kelompok masyarakat adat Atayal.
Pekerjaan perbaikan gereja ini menimbulkan banyak masalah. Pertama, seorang anggota gereja wanita dilarikan ke rumah sakit setelah kecelakaan dan kami kehilangan dua pekerja sukarela yang berharga—dia dan suaminya—dalam satu hari. Kemudian satu-satunya pekerja sewaan kami, yang bukan anggota gereja, pingsan karena sengatan panas. Untungnya, dia terbangun setelah beberapa menit dan, mengatakan dia baik-baik saja dan langsung kembali bekerja. Setelah itu, saudara laki-laki saya menjadi kecil hati dan khawatir bahwa kami telah salah menghitung biaya perbaikan.
“Kami tidak akan pernah bisa menutupi biayanya,” katanya.
Saya mendorongnya untuk memercayai Tuhan dan terus bekerja.
Pada titik terendah itu, seorang pria yang menghadiri gereja Kristen lain di desa kami melewati gedung gereja kami. Dia berhenti dan menawarkan bantuan untuk pekerjaan perbaikan.
“Hidup ini terlalu singkat untuk menghentikan seorang Kristen dari denominasi lain bekerja untuk Tuhan,” katanya.
Saat malam tiba, dia memberi saya sebuah paket.
“Saya ingin berdonasi,” katanya.
Saat membukanya, saya terkejut menemukan setumpuk uang kertas berjumlah 6.000 dolar Taiwan (sekitar 215 dolar AS).
Ketika pekerja upahan itu mendengar tentang sumbangan tersebut, dia sangat tersentuh sehingga mengumumkan bahwa dia tidak ingin lagi dibayar untuk pekerjaannya. “Saya ingin bekerja untuk gereja secara gratis,” katanya.
Menyaksikan semua ini, saudara laki-laki saya mendapatkan keyakinan dalam upaya kami dan memuji Tuhan.
Setelah enam tahun, renovasi gereja belum selesai, tetapi saya yakin Tuhan akan menjaga gerejaNya dan kebutuhan umat-Nya. Dia selalu melakukannya. Terus doakan kami!
Oleh Gao Xiu-yue
Posting Komentar