Sabtu, 13 November 2021.
PILIHLAH KEHIDUPAN.
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Kej. 2: 8, 9; Rm. 6: 23; 1 Yoh. 5: 12; Ul. 30: 1- 20; Rm. 10: 6-10; Ul. 4: 19; Why. 14:6-12.
AYAT HAFALAN: "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu" (Ulangan 30: 19).
Selalu, ini menjadi cerita sedih: seorang yang masih muda, kasus wanita 22 tahun ini, didiagnosis dengan satu penyakit yang mematikan, yaitu tumor otak. Bahkan dengan segala kemajuan pengobatan modern, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya memperpanjang kesakitan yang tak terelakkan. Tetapi wanita muda ini, yang benama "Sandy," tidak ingin mati.
Jadi, dia memiliki sebuah rencana. Sesudah dia mati, kepalanya akan ditaruh di sebuah wadah pembeku, yang berisi nitrogen cair, dengan harapan bisa memelihara sel-sel otaknya. Dan di sana kepala itu akan menunggu, apakah lima puluh tahun, seratus tahun, seribu tahun, sampai tiba di satu waktu di masa depan, di mana teknologi sudah cukup maju, otaknya, yang terdiri dari koneksi-koneksi saraf, bisa kemudian diunggah ke sebuah komputer. Dan, ya, Sandy bisa "hidup" kembali, dan bahkan mungkin hidup selamanya.
Cerita yang menyedihkan, bukan hanya karena dia akan meninggal di masa mudanya, tetapi karena di mana dia meletakkan pengharapan kehidupannya. Sama seperti kebanyakan orang, Sandy menginginkan kehidupan, dia ingin hidup. Tetapi dia memilih sebuah cara, yang pada akhirnya, tentu tidak 'akan berhasil.
Pekan ini, pada saat kita melanjutkan dalam kitab Ulangan, kita akan mempelajari tentang pilihan hidup, dan kesempatan yang diberikan kepada kita untuk memilih kehidupan, tetapi memilihnya berdasarkan syarat-syarat yang Allah, yaitu Sang Pemberi dan Penopang hidup, telah tawarkan dengan penuh kemurahan.
Pohon Kehidupan.
Tidak seorang pun meminta untuk ada di dunia ini, bukan? Kita tidak memilih untuk ada di dunia ini sama seperti kita juga tidak bisa memilih di mana dan kapan kita lahir dan siapa orang tua kita.
Hal yang sama terjadi kepada Adam dan Hawa. Mereka tidak memilih untuk diciptakan oleh Allah begitu juga sehelai daun, sebuah batu, sebuah gunung yang juga tidak memilih untuk diciptakan. Sebagai manusia, kita telah diberikan bukan hanya sekadar eksis di dunia, dan bukan hanya sekadar hidup, tetapi diberikan kehidupan sebagai makhluk-makhluk yang berakal bebas yang dijadikan dalam gambar Allah.
Tetapi kita juga tidak memilih menjadi ada sebagai makhluk berakal bebas yang dijadikan dalam gambaran Allah. Namun, apa yang Allah benar-benar tawarkan kepada kita adalah pilihan untuk tetap eksis; artinya, manusia bisa memilih untuk mendapatkan kehidupan, hidup kekal, di dalam Dia, yang bisa didapatkan karena Yesus dan kematian-Nya di kayu salib.
Bacalah Kej. 2: 8, 9, 15-17 dan Kej. 3: 22, 23. Dua pilihan apa yang Allah hadapkan kepada Adam yang berhubungan dengan eksistensi mereka?
"Di tengah-tengah Taman Eden itu tumbuh pohon kehidupan, yang buahnya mempunyai kuasa untuk mengekalkan hidup. Seandainya Adam tetap menurut kepada Allah, ia akan terus bebas datang ke pohon ini, dan akan hidup selamanya. Tetapi setelah ia jatuh dalam dosa, ia tidak lagi diperbolehkan mengambil bagian dalam pohon kehidupan itu, dan ia menjadi takluk kepada kematian. Kalimat Ilahi, "engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil," menunjuk kepada kematian total"- Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 560.
Itulah sebabnya, sejak dari awal, Alkitab memberikan kepada kita satu dari dua pilihan: kehidupan kekal, yaitu kehidupan dari awal yang seharusnya kita miliki, dan kematian kekal, yang dalam pengertian yaitu sekadar kembali kepada ketiadaan di mana kita pertama kali berasal.
Adalah menarik juga untuk melihat bagaimana "pohon kehidupan" itu, di mana Alkitab mengatakan memberikan keabadian, dan kemunculannya pertama di kitab pertama dari Alkitab, muncul kembali di kitab terakhir. Bacalah Why. 2: 7 dan Why. 22: 2, 14. Mungkin pekabarannya adalah bahwa meskipun kita seharusnya memiliki akses ke pohon kehidupan, tetapi karena dosa, kita kehilangan akses tersebut; kemudian, pada akhirnya, sekali masalah dosa itu pada akhirnya benar-benar diselesaikan, terimakasih kepada Yesus dan rencana keselamatan itu, orang-orang tebusan, yaitu mereka yang memilih kehidupan, akan memiliki akses ke pohon kehidupan sama seperti seharusnya kita miliki dari awal dunia ini.
Pikirkan hal ini: melalui pilihan-pilihan kita sehari-hari, bagaimana kita memilih apakah kehidupan atau kematian?
Senin, 15 November 2021.
Tidak Ada Jalan Tengah.
Di sepanjang Alkitab, kepada kita di hadapkan satu diantara dua pilihan. Dua pilihan selalu dihadapkan pada kita.
Bacalah ayat-ayat berikut ini. Dua dua opsi/pilihan apa yang dinyatakan baik secara terbuka ataupun tersirat yang ada dalam ayat-ayat ini dan bagaimana dua opsi ini disampaikan?
Pada waktu terakhir, tidak ada jalan tengah bagi kita sebagai manusia. Sebelum pertentangan besar itu benar-benar berakhir, dosa, setan, kejahatan, ketidakmenurutan, dan pemberontakan akan diberantas. Setelah itu terjadi, masing-masing kita, secara individu, akan mendapatkan hidup, apakah hidup kekal, yaitu yang Allah rencanakan sejak awal sebelum penciptaan dunia ini supaya kita miliki, atau kita akan menghadapi kematian kekal, yaitu, "hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya" (2 Tes. 1: 9). Alkitab tampaknya tidak memberikan kepada kita pilihan lain, hanya dua ini.
Nasib apa yang akan menjadi bagian kita? Jawaban itu, pada akhirnya, bergantung pada diri kita sendiri. Kita memiliki pilihan-pilihan tersebut di hadapan kita, hidup atau mati.
Dalam konteks hidup kekal atau mati kekal, mengapa kebenaran Alkitab bahwa neraka itu bukanlah pembakaran dan penyiksaan manusia selamanya merupakan sebuah kebenaran yang menghiburkan? Apa yang nantinya dikatakan tentang karakter Allah sehubungan dengan siksaan kekal dan dialami secara sadar jika benar-benar menjadi nasib bagi mereka yang terhilang?
Kehidupan dan Kebaikan, Kematian dan Kejahatan, Berkat dan Kutuk.
Menjelang akhir dari kitab Ulangan, setelah ulasan yang panjang tentang apa yang akan terjadi kepada bangsa Israel jika mereka tidak menurut kepada Tuhan dan melanggar janji-janji dalam perjanjian itu. Ulangan 30 dimulai dengan sebuah janji yang bahkan jika mereka jatuh pada ketidaktaatan dan dihukum dalam pembuangan, bagaimanapun juga, Allah akan mengembalikan mereka ke tanah itu.
Artinya, jika mereka bertobat dan berbalik dari cara-cara hidup mereka yang jahat.
Bacalah Ul. 30: 15-20. Opsi-opsi apa yang dihadapkan kepada bangsa Israel kuno di sini, dan bagaimana opsi-opsi ini merefleksikan apa yang kita telah lihat pada keseluruhan Alkitab?
Tuhan itu sangat jelas: Dia, Yahwe, telah menetapkan dua pilihan di hadapan mereka: yang pada dasarnya sama dengan apa yang Dia lakukan kepada Adam dan Hawa di Taman Eden. Faktanya, kata Ibrani untuk "baik" (tov) dan "jahat" (ra ') dalam Ul. 30: 15 adalah kata-kata Ibrani yang sama yang digunakan dalam kitab Kejadian untuk pohon pengetahuan "baik" (tov) dan "jahat" (ra '). Di sini, sama seperti di keseluruhan Alkitab, tidak ada jalan tengah, tidak ada posisi netral. Yang ada adalah apakah melayani Tuhan dan memiliki hidup, atau mereka akan memilih kematian. Hal ini juga sama dengan kita saat ini.
Kehidupan, kebaikan, berkat, dibedakan dengan apa? Kematian, kejahatan, dan kutuk. Meskipun, pada akhirnya seseorang bisa saja berargumen bahwa Allah benar-benar menawarkan kepada mereka hanya yang baik, hanya kehidupan, dan hanya berkat. Tetapi jika mereka berbalik dari Dia, hal-hal buruk ini akan menjadi konsekuensi yang alami, karena mereka tidak lagi memiliki perlindungan khusus dari-Nya.
Bagaimanapun kita mengerti hal ini, umat itu dihadapkan dengan pilihan-pilihan ini. Itu sangat jelas, realitas dari kehendak bebas mereka, membawa pilihan-pilihan bebas mereka. Ayat-ayat ini, beserta banyak ayat lainnya yang ada di Perjanjian Lama dan Baru, tidak memberikan pengertian lain selain daripada pemberian yang kudus dari kehendak bebas, yaitu pilihan bebas.
Dalam pengertian yang sebenarnya, Allah berkata kepada mereka: Untuk itu, dengan kehendak bebas yang Aku berikan kepada kamu- pilihlah kehidupan, pilihlah berkat, pilihlah kebaikan, bukan kematian, bukan kejahatan, dan kutuk.
Kelihatannya sangat jelas pilihan apa yang akan terjadi, bukan? Dan bahkan, kita tahu apa yang terjadi. Pertentangan besar itu sama nyatanya dengan kondisi saat ini, dan kita harus belajar contoh dari bangsa Israel apa yang bisa terjadi jika kita tidak memberi diri kita seutuhnya pada Tuhan dan memilih hidup dan semua konsekuensi terkait dengan pilihan ini.
Bacalah Ul. 30: 20. Perhatikan pada ayat ini hubungan antara kasih dan penurutan. Apa yang orang Israel harus lakukan agar supaya menjadi setia kepada Tuhan? Bagaimana prinsip yang sama ini diterapkan kepada kita saat ini?
Tidak Terlalu Berat Bagimu.
Ulangan 30 dibuka dengan ungkapan di mana Tuhan mengatakan apa yang akan terjadi jika umat tersebut bertobat dan berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat. Sungguh merupakan janji-janji yang indah yang ditawarkan kepada mereka.
Bacalah Ul. 30: 1-10. Janji-janji apa yang diberikan Allah kepada mereka, bahkan walaupun faktanya adalah hal ini berbicara tentang apa yang akan terjadi kepada mereka jika mereka tidak menurut? Apa yang diajarkan hal ini kepada kita tentang kasih karunia Allah?
Hal itu pastilah sangat menghibur untuk didengarkan. Namun, intinya bukan mengatakan bahwa tidaklah masalah jika mereka berpaling dari apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Tuhan tidak menawarkan kepada seseorang kasih karunia murahan. Jika ada, itu seharusnya menunjukkan kepada mereka kasih Allah, dan dengan demikian, sebagai respons, mereka akan mengasihi Dia, menyatakan kasih mereka dengan taat kepada apa yang Tuhan sampaikan kepada mereka untuk dilakukan.
Bacalah Ul. 30: 11-14. Apa yang Tuhan sedang sampaikan kepada mereka di sana? Janji mendasar apa yang ada dalam ayat-ayat ini, dan ayat-ayat Perjanjian baru apa yang bisa Anda pikirkan yang merefleksikan janji yang sama?
Dengan bahasa yang indah, dan logika yang tidak bisa dipertanyakan, perhatikan seruan dalam ayat-ayat ini. Tuhan tidak sedang meminta mereka melakukan sesuatu yang terlalu berat untuk dilakukan. Perintah Allah itu tidaklah terlalu "sulit" atau " misterius" bagi mereka untuk mengerti. Perintah itu juga tidak terlalu jauh dari jangkauan mereka untuk digapai. Perintah itu juga bukanlah sesuatu yang berada di langit, sangat jauh sehingga seseorang harus mengambilkan perintah itu untuk mereka; perintah itu juga bukan di seberang lautan, sehingga seseorang harus membawakan itu kepada mereka. sebaliknya, Tuhan katakan, "Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan" (Ul. 30: 14). Artinya, engkau mengetahui perintah itu dengan cukup baik sehingga engkau bisa mengucapkannya, dan perintah itu ada di dalam hatimu sehingga engkau harus melakukan hal itu. Itulah sebabnya, tidak ada alasan untuk tidak menurut. "Segala perintah-Nya adalah mungkin untuk dilaksanakan"- Ellen G. White, Seri Membina, jld. 5, hlm. 254.
Faktanya, Rasul Paulus mengutip beberapa hal dari ayat-ayat ini dalam konteks keselamatan di dalam Kristus; hal ini menunjukkan, Paulus merujuk pada ayat-ayat itu sebagai sebuah contoh pembenaran oleh iman (lih. Rm. 10: 6- 1 0).
Dan kemudian, setelah ayat-ayat ini, anak-anak Israel diminta untuk memilih kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk. Dan jika, oleh kasih karunia dan oleh iman, mereka memilih kehidupan, mereka akan mendapatkannya.
Hal itu tidak berbeda dengan saat ini bukan?
Sebuah Pertanyaan tentang Penyembahan.
Inti dari hubungan perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel adalah penyembahan. Apa yang membuat mereka berbeda dari dunia di sekeliling mereka adalah hanya mereka sebagai sebuah bangsa yang sedang menyembah Allah yang benar, sebagai lawan dari dewa-dewa dan dewi-dewi palsu dari dunia kekafiran, di mana memang bukan allah yang sesungguhnya. "Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku" (Ul. 32: 39).
Bacalah Ul. 4: 19, Ul. 8: 19, Ul. 11: 16, dan Ul. 30: 17. Apa amaran yang umum dalam setiap ayat-ayat ini? Mengapa amaran ini sangat penting bagi bangsa Israel?
Beribu-ribu tahun yang lalu, sama seperti saat ini, umat Allah eksis dalam sebuah kebudayaan dan lingkungan yang, dalam banyak kasus, memancarkan standar dan tradisi serta konsep-konsep yang bertentangan dengan iman mereka. Itulah sebabnya, umat Allah harus selalu berjaga-jaga, kalau tidak, cara-cara dunia, berhala-berhala mereka dan "allah- allah" mereka akan menjadi pusat penyembahan kita juga.
Allah kita adalah "Allah yang pencemburu" (Ul. 4: 24, Ul. 5: 9, Ul. 6: 15), dan Dia sendiri, sebagai Pencipta dan Penebus, layak untuk menerima penyembahan kita. Dalam hal ini juga, tidak ada jalan tengah; apakah kita menyembah Tuhan, yang membawa kehidupan, kebaikan, dan berkat, atau kita menyembah allah lain, yang menghasilkan kejahatan, kutuk, dan kematian.
Bacalah Why. 13: 1-5 dan fokuslah pada pertanyaan tentang bagaimana penyembahan itu sedang dinyatakan di sini. Kemudian bandingkan ayat-ayat itu dengan Why. 14: 6-12. Apa yang sedang terjadi dalam kitab Wahyu yang merefleksikan amaran yang diberikan di dalam kitab Ulangan (keseluruhan Alkitab) tentang penyembahan yang tidak benar?
Walaupun berbeda dalam hal konteks, isunya tetaplah sama: apakah orang menyembah Allah yang benar dan memiliki hidup, atau apakah mereka mengalah pada tekanan-tekanan, baik tekanan itu sangat jelas ataupun tidak kentara atau kedua-duanya, untuk mengalihkan kesetiaan mereka dari Dia dan menghadapi kematian? Pada akhimya, jawaban tersebut terletak di dalam setiap hati dari tiap individu. Allah tidak memaksa bangsa Israel kuno untuk mengikuti Dia, dan Dia tidak ingin memaksa mereka. Seperti yang kita lihat dalam Wahyu 13, pemaksaan adalah apa yang akan diterapkan oleh si binatang dan patungnya. Allah, sebaliknya, bekerja dengan kasih.
Bagaimana kita bisa yakin, walaupun secara tidak terang-terangan, bahwa kita tidak akan meninggalkan secara perlahan-lahan kesetiaan kita kepada Yesus karena allah lain?
PENDALAMAN.
Jadi, sampai saat ini, kita semua diberikan sebuah kebebasan. Kata yang paling penting di sini adalah pilihan. Tidak seperti sebuah pemahaman tertentu tentang kekristenan, di mana, bahkan sebelum manusia dilahirkan Allah telah menakdirkan beberapa orang bukan hanya untuk hilang tetapi bahkan dibakar di neraka selama-lamanya, Alkitab mengajarkan bahwa pilihan bebas kita sendiri untuk memilih kehidupan dan kematian, berkat atau kutuk, baik atau jahat, menentukan yang mana dari tiga unsur ini (kehidupan, kebaikan, dan berkat-atau kematian, kejahatan, dan kutuk) yang pada akhirnya akan kita hadapi. Dan betapa baiknya mengetahui bahwa bahkan jika seseorang membuat pilihan yang salah, hasilnya adalah kematian, yaitu kematian kekal, bukan penyiksaan total dalam dapur api yang menyala-nyala selama-lamanya.
'"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus.' (Rm. 6: 23). Sementara kehidupan adalah warisan orang yang benar, kematian adalah bagian dari orang jahat. Musa mengatakan kepada orang Israel, 'Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan' (Ul. 30: 15). Kematian yang disebutkan dalam ayat-ayat ini bukanlah yang diumumkan kepada Adam, karena seluruh umat manusia menderita hukuman pelanggarannya. Adalah 'kematian yang kedua yang ditempatkan sebagai lawan dari kehidupan yang kekal"'--Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 571.
2. Apa yang kita lihat dari tulisan Ellen G. White yang dicatat pada pelajaran hari ini yang mengajarkan kepada kita tentang kuasa Allah itu tersedia bagi kita untuk mengalahkan dosa?
3. Bacalah Rm. 10: 1-10, di mana Paulus mengutip dari Ul. 30: 11-14 saat dia menjelaskan tentang keselamatan oleh iman dalam Yesus dibandingkan dengan mencari keselamatan dan kebenaran melalui hukum. Mengapa menurut Anda dia menggunakan ayat-ayat ini yang diambil dari kitab Ulangan? Perhatikan secara khusus Rm 10: 10: "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." Poin apa yang Paulus sedang buat?
Posting Komentar