Judul: "AKAR-AKAR KEGELISAHAN"
(Yakobus 3:16)
Pendahuluan
Sesungguhnya, akar dan penyebab kegelisahan di dalam diri manusia adalah iri hati dan mementingkan diri. Kedua hal ini adalah penyebab utama mengapa manusia tidak mendapatkan istirahat, ketenangan dan kedamaian di dalam Yesus.
Sebagaimana pohon aspen yang mampu bertahan hidup selama 150 tahun karena akarnya yang sangat kuat, maka iri hati dan mementingkan diri pun dapat terus bertahan dalam diri manusia jika tidak memiliki hubungan dengan Kristus.
I. Yesus Membawa Pemisahan (Mat. 10:34-39)
Maksud Yesus "membawa pemisahan" adalah untuk memberikan pilihan kepada manusia, siapa yang akan menjadi fokus utama dalam hidupnya. Ketika manusia menerima Yesus sebagai Juruselamat, itu menunjukkan manusia mengasihi Yesus. Namun jika manusia dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu lebih mengasihi Yesus atau lebih mengasihi keluarga, maka dia juga dihadapkan pada 2 konsekuensi, yaitu terpisah dari Yesus atau terpisah dari keluarga.
Hal pertama yang menjadi yang terutama adalah kasih kepada Yesus Kristus. Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Di sinilah terjadi pemisahan itu. Ketika seorang anak lebih mengasihi Yesus maka dia akan menuruti perkataan Yesus daripada perkataan orang tuanya yang memintanya untuk meninggalkan Yesus agar lebih menuruti kehendak orang tua.
Memang anak harus tunduk dan hormat kepada orang tua, namun hanya selama kehendak orang tua itu selaras dengan kehendak Tuhan. Demikian juga dalam hubungan suami dan istri. Dengan demikian manusia itu akan layak di hadapan Tuhan. Kelayakan didasarkan pada hubungan seseorang dengan Yesus. Kita layak ketika kita memilih Dia di atas segalanya.
II. Keegoisan (Luk. 12:13-21)
Keegoisan sudah berakar dalam diri setiap orang, seperti bernapas. Iri hati dan mementingkan diri adalah akar dari keegoisan. Keegoisan adalah akar dosa & berfokus pada diri sendiri.
Beberapa pelajaran dari perumpamaan dalam Lukas 12:13-21 adalah:
1. Jangan serakah.
2. Kebahagiaan hidup tidak tergantung pada kekayaan tetapi pada kepedulian kepada orang lain.
3. Hidup harus berfokus pada kekekalan bukan kepada hal-hal materi yang bersifat sementara.
4. Berkat Tuhan bukan untuk ditumpuk dan dinikmati sendiri, tetapi juga dibagikan kepada sesama. Itulah investasi di surga: Tidak berkarat & tidak bisa dicuri.
5. Jangan memikirkan masa depan yang terlalu jauh sehingga hanya berfokus pada menabung kekayaan untuk dinikmati pada masa tua & akhirnya melupakan kuasa Tuhan.
Persoalan dasar tentang berbagi warisan adalah bagian dari keegoisan yang menuntun orang untuk melakukan perbuatan negatif. Lebih besar, lebih baik dan lebih banyak bukanlah prinsip dasar kerajaan Allah, tetapi prinsip orang serakah/egois. Yesus justru menunjukkan roh yang berbeda yaitu roh merendahkan diri dan berkorban.
Dalam Filipi 2:6-8, Yesus justru mengosongkan diri-Nya, merendahkan diri dan menjadi sama seperti manusia, mengambil rupa hamba & taat sampai mati di kayu salib. Jadi, jika Yesus egois, Dia tidak akan mau datang ke dunia ini, untuk hidup, menderita dan mati.
Jika kasih kepada Allah dan sesama tidak mendorong pilihan dan prioritas manusia, maka manusia akan terus membangun lebih banyak lumbung untuk diri sendiri di dunia ini dan mengumpulkan sedikit harta di surga.
III. Ambisi (Mat. 18:1; Luk. 22:14-30)
Kegelisahan, iri hati, egois dan ambisi, sering mendorong seseorang untuk melakukan dan mengatakan hal-hal yang salah. Bahkan terjadi pada saat Perjamuan Kudus berlangsung, para murid justru sibuk dengan pertanyaan siapa yang terbesar di antara mereka semua. Fokus para murid bukan pada kerajaan rohani atau menguatkan Yesus untuk menghadapi penderitaan.
Dua jenis jawaban Yesus:
1. Jika bertobat & menjadi seperti seorang anak kecil, maka bisa masuk kerajaan surga.
2. Jika ingin menjadi yang terbesar harus menjadi pelayan.
Pertobatan adalah dasar untuk menemukan istirahat sejati dalam Yesus. Manusia membutuhkan bantuan dari luar dirinya dan Yesus hadir untuk itu. Maksud Yesus _"Menjadi seperti seorang anak kecil,"_ karena anak kecil sangat mengandalkan bapanya. Kebesaran sejati adalah melepaskan hak-hak pribadi dan merangkul nilai-nilai kerajaan surga.
Akibat ambisi yang tak terkendali:
1. Membuat lupa pada tujuan hidup sebenarnya.
2. Membuat lupa kepada Yesus.
3. Membuat lupa kepada sesama.
4. Mendorong melakukan tindakan yang melanggar hukum.
5. Menyebabkan perselisihan & merusak hubungan dengan orang lain dan dengan Yesus.
Fokus kepada Yesus dan menyadari keadaan diri sendiri, dapat menjadi obat penyembuh penyakit ambisi yang tak terkontrol.
IV. Kemunafikan (Mat. 23:1-13)
Kemunafikan adalah sikap bersandiwara. Munafik artinya perkataan berbeda dari perbuatan. Perkataan & perbuatan berbeda ketika di hadapan orang banyak dan saat sendirian.
Yesus menegur para pemimpin agama (Yahudi, Farisi, Saduki). Yesus berkata kepada umat, _"Ikutilah perkataan para pemimpin agama, namun jangan ikuti perbuatan mereka!"_
Pengertian Munafik:
1. Menerapkan standar berbeda & menjadikan itu sulit kepada orang lain, tetapi tidak menggunakan standar yang sama untuk diri sendiri.
2. Ingin mendapatkan pujian atas perbuatan-perbuatan keagamaan yang dilakukan.
3. Ingin mengambil kemuliaan dan pujian yang seharusnya kepada Tuhan.
Yesus terlihat lebih menghormat para pemungut cukai, pezina, pelacur bahkan pembunuh, karena mereka mau mengakui dosa-dosa. Tetapi teguran-Nya kepada para pemimpin agama juga penuh ketegasan yang dibungkus oleh belas kasih Sorgawi. Kemunafikan dapat disembuhkan jika kita menyadari bahwa kita adalah seorang munafik dan rindu untuk berubah di dalam Yesus.
V. Mencabut Kegelisahan (Yoh. 14:1-6)
Ada pengharapan untuk mengatasi kegelisahan di dalam Yesus. Dia akan menolong orang yang bergumul dalam dosa. Dia akan menyelesaikan pergumulan itu dengan menjanjikan kelepasan dan kelegaan serta kehidupan kekal. Yesus menjanjikan tempat bagi mereka yang menerima Dia sebagai Juruselamat. Itulah pengharapan terbesar yang akan membuang kegelisahan dari diri manusia.
Kuncinya adalah, apa pun keadaan kita, kita harus tetap datang kepada Allah dalam seluruh kelemahan kita, dalam rasa sakit, kehancuran bahkan dosa-dosa yang ada. Yesus akan menerima kita. Itulah anugerah dan kasih-Nya yang tak terhingga. Kembalilah kepada Yesus maka Dia akan menyembuhkan kita dari kemurtadan kita (Yeremia 3:22).
Kesimpulan
1. Kita akan bertumbuh dalam iman, kasih dan pengharapan jika berpusat pada Yesus.
2. Kita harus melupakan diri sendiri dan berusaha untuk memikirkan keselamatan orang lain dengan berbagi iman tentang Yesus.
3. Roh Kristus yang tidak mementingkan diri, yang berkarya untuk keselamatan manusia, akan mendapat tempat di hati kita sehingga buah-buah kebenaran akan tumbuh. Iman akan bertambah, keyakinan mendalam, kasih menjadi sempurna.
4. Percekcokan dan perselisihan dalam jemaat dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat jika pihak-pihak yang bertikai mau menundukkan hati kepada kasih anugerah Kristus. Kecongkakan dan mementingkan diri harus dikesampingkan.
Posting Komentar