Usahanya sepertinya tidak ada harapan.
Ayah masih tetap tidak percaya Alkitab dan berdoa kepada Bunda Maria serta orang-orang kudus.
Dia seorang pemabuk berat. Dia sering mencemooh dan menghina istrinya, dan wajahnya tak henti-hentinya menunjukkan kemarahan.
Fabiola menceritakan tentang Yesus, tetapi seperti biasa ayah selalu menghindar. Tetapi dia tidak menyerah untuk terus berdoa.
Dia juga meminta anggota gereja untuk berdoa.
Tuhan akhirnya menjawab doa-doanya. Tetapi jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Pada usia 75 tahun, ayah didiagnosis mengidap penyakit kanker hati. Dokter mengatakan kanker tersebut telah menyebar terlalu luas dan tidak bisa lagi dioperasi. Ketika Fabiola mendengar bahwa ayah akan meninggal, dia mulai berdoa lebih sungguh-sungguh untuk keselamatannya.
'Tuhan, berikanlah aku kata-kata yang tepat agar aku bisa memberi tahu ayah tentang Engkau,” dia berdoa setiap pagi dan malam selama seminggu.
"Berilah aku keberanian,” doanya.
Kemudian dia pergi ke samping tempat tidur ayah dan memegang tangannya. Dia merasa gugup. Dia takut ayah akan membentak dan menyuruhnya pergi. Tetapi dia teringat bahwa dia telah berdoa.
"Aku sangat mencintaimu," katanya. “Tuhan yang akan aku bicarakan pagi ini adalah Tuhan yang ayah percaya. Dia adalah Tuhan yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan ayah. Biarkan aku berdoa denganmu."
Dia terkejut ayah memperbolehkannya berdoa bersama dengannya.
Sejak hari itu, dia dan ayah berdoa bersama setiap pagi dan malam. Setelah berdoa, dia membaca dari Alkitab dan menyanyikan lagu rohani. Ayah mendengarkan dengan tenang.
Fabiola bertanya-tanya dalam hati apakah tindakannya ini tidak ada gunanya, tetapi dia terus membaca Alkitab dan bernyanyi.
Dia dan anggota gereja lainnya mengkhususkan satu hari berdoa dan berpuasa untuk ayah.
Sel kanker menyebar dengan cepat dan ayah semakin melemah. Fabiola tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seorang teman Advent Rita, menawarkan untuk membawakan pelajaran pedalaman Alkitab kepada ayah. Fabiola terkejut mengetahui bahwa ayah setuju untuk mengikuti pendalaman Alkitab tersebut.
Melihat kondisi ayah yang semakin memburuk, Rita mempercepat sesi pendalaman Alkitab, memberinya tujuh pelajaran dalam seminggu. Setelah pelajaran yang ketujuh, Rita bertanya kepada ayah apakah dia ingin menyerahkan hatinya kepada Yesus.
"Mengapa ayah tidak dibaptis saja?" dia berkata.
Ayah menyampaikan bahwa dia ingin dibaptis.
Roger Pech, pendeta yang melayani di Southeast Hospital, membaptis ayah di kolam plastik untuk anak di halaman luar rumah keluarga pada pukul 13:30 pada hari Rabu.
Pada sore itu, ayah tidak ingin pergi ke kamar tidur. Dia hanya ingin bersama keluarga di ruang tamu.
Tak lama setelah tengah malam, dia mulai bernapas lebih cepat. Kemudian dia menarik napas terakhir dan menutup matanya.
Wajah ayah yang selalu terlihat marah selama hidup, tampak damai yang tidak seperti biasanya di dalam peti. Para pelayat yang merasa heran bertanya apakah ia sudah ke gereja tanpa sepengetahuan mereka. Fabiola berkata dia telah menyerahkan hatinya kepada Yesus beberapa jam sebelum dia meninggal.
Fabiola meyakini bahwa Tuhan telah mengadakan sebuah mukjizat. Perubahan hati ayah terjadi hanya dalam jangka waktu dua bulan, sejak dia didiagnosis menderita penyakit kanker sampai ia meninggal.
"Ayah menyerahkan hatinya kepada Yesus, bukan dengan cara yang saya inginkan tetapi sesuai dengan cara Tuhan," kata Fabiola. "Apa yang mustahil bagi manusia adalah mungkin bagi Tuhan."
Terima kasih atas Persembahan Sabat Ketiga Belas Anda pada triwulan pertama tahun 2018 yang telah membantu membangun ruang perawatan baru di Rumah Sakit Tenggara, sebuah fasilitas Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di mana Pendeta Roger Pech melayani, di Villahermosa, Meksiko.
Posting Komentar