Chang Zeng-Mei, 50 Tahun
Catatan: Kisah tentang Chang Zeng-Mei, seorang guru pribumi, mencerminkan realitas masyarakat adat di Taiwan.
Saya tidak ingin menikahi suami saya karena saya dibesarkan sebagai anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan dia berasal dari denominasi Kristen lain. Tetapi kedua orang tua kami ingin kami menikah dan saya harus menuruti orang tua kami.
Jadi, saya pergi ke calon suami saya, Ming-Huang dan berkata, “Kita bisa menikah, tetapi saya tidak akan pindah agama.” Dia tidak keberatan dengan hal itu.
Tetapi kemudian kami mulai membahas pernikahan. Saya ingin itu diadakan di gereja Advent, tetapi dia berkata, “tidak! Karena saya adalah suami, itu harus diadakan di gereja saya.“
Saya mencoba berkompromi dengannya. “Mari kita adakan pernikahan di luar”, kataku. “Tetapi,” saya menambahkan, “haruslah seorang pendeta Advent yang memimpin pernikahan ini.”
Salah satu sepupu saya adalah seorang pendeta di gereja MingHuang, jadi dia berkata, “Mari kita minta sepupu kamu untuk meresmikan pernikahan kita.”
“Tidak, harus pendeta Advent,” kataku. “Kakak iparmu adalah seorang pendeta Advent, jadi mari kita minta dia untuk meresmikan pernikahan.”
Kami bertengkar terus-menerus. Akhirnya, saya berkata, “Jika bukan seorang pendeta Advent, maka saya tidak akan menikahimu.” “Baik,” jawabnya. Aku akan bertanya pada ibuku apa yang harus dilakukan.
Ibunya pernah menjadi anggota gereja Advent. Tetapi suaminya bukan seorang Advent dan setelah menikah, dia bergabung dengan gerejanya.
Setelah berbicara dengan ibunya, Ming-Huang memberi tahu saya, “Oke, ibu saya berkata kita bisa diberkati oleh pendeta Advent.”
Tetapi itu bukanlah akhir dari masalah kami. Ternyata ibunya menyukai saya karena dia ingin saya mengubah putranya. Dia minum dan tidak pergi ke gereja pada hari Minggu. Dia pikir saya akan membuatnya bersikap baik. Dia juga berpikir bahwa saya akan bergabung dengan gerejanya setelah pernikahan.
Saya merasa tidak nyaman dengan gagasan menikah di luar kepercayaan saya. Ming-Huang tahu bahwa saya merasa tidak nyaman, tetapi saat ini seluruh desa tahu bahwa orang tua kami ingin kami menikah. Jika kami berpisah, dia akan kehilangan muka dan itu akan sangat memalukan. Selain itu, banyak orang memujiku padanya, berkata, “Dia gadis yang baik. Kamu harus menikahinya. “
Dia memutuskan untuk menjadi seorang Advent agar saya ingin menikahi dia dan dia tidak akan kehilangan muka. Sebulan sebelum pernikahan, dia mengambil pelajaran Alkitab dan dibaptis. Saya tidak akan pernah melupakan hari itu. Dia menangis saat keluar dari air. Dia ingin menikah dengan saya, tetapi dia tidak ingin meninggalkan kehidupan lamanya. Dia tidak ingin berhenti minum.
Enam bulan setelah orang tua kami memutuskan bahwa kami harus menikah, kami mengadakan pernikahan di luar ruangan dengan seorang pendeta Advent.
Saya merasakan banyak tekanan setelah pernikahan. Saya merasa seperti saya harus mengubah suami saya. Saya harus membawanya ke gereja setiap Sabat. Saya harus mengajar dia untuk membagikan tentang Yesus dengan orang lain.
Ming-Huang adalah seorang yang ditempa. Dia kehilangan harga diri karena banyak pengorbanan yang dia buat setelah menikah dengan saya. Dan saya memberi tahu kepadanya bahwa dia juga harus menunggu jika ingin mempunyai bayi.
“Kamu sudah lama minum alkohol dan makan makanan najis,” kataku. “Tubuhmu tercemar.”
Kami menunggu tujuh bulan. Selama itu, saya mengajari suami saya cara makan makanan sehat dan menjalani pola hidup sehat. Tetangga kami memperhatikan bahwa dia telah berubah dan memujinya sebagai manusia baru.
Tetapi dia tidak ingin menjadi manusia baru. Setelah putri kami lahir, dia mulai minum lagi. Saya sedih dan kesal, tetapi saya tidak bisa meninggalkannya.
Sepuluh tahun berlalu, dan kami memiliki putri kedua. Kami mengalami banyak konflik. Suatu hari saya menyadari bahwa kami tidak dapat lagi mengikuti jalan ini. Saya menyarankan agar kami berpisah, tetapi dia tidak menanggapi. Jadi, saya membawa dua anak kami, bayi dan anak perempuan berusia 10 tahun, ke rumah teman saya. Saya ingin suami saya sendirian di rumah dan memikirkan hidup tanpa keluarganya. Ming-Huang tidak ingin bercerai. Dia mencari saya selama tiga hari dan menemukan saya di rumah teman. Dia setuju untuk mengubah cara hidupnya.
Saya sangat mencintai suami saya, tetapi saya tidak akan setuju untuk menikah dengannya jika saya dapat melakukannya lagi. Saya menikah karena saya pikir saya bisa mengubahnya dengan bantuan Tuhan. Sebelum pernikahan kami, saya bahkan berdoa, “Jika Engkau ingin menyelamatkan pria ini, Engkau harus membantu saya untuk mengubahnya.” Tetapi Alkitab benar ketika dikatakan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang” (2 Korintus 6: 14). Lebih baik menikah dengan pasangan yang Anda percayai. Salomo, orang paling bijaksana yang pernah hidup, mempelajari pelajaran ini dengan cara yang sulit.
Jika seorang wanita Advent menikah dengan seorang nonAdvent, saya merekomendasikan agar Anda menjadi teladan yang baik bagi suami Anda dalam iman dan pola hidup Anda. Berdoa untuknya, masak untuknya, dan tunjukkan imanmu sepanjang hidupmu. Seperti yang Yesus katakan dalam Matius 10: 16, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”
Puji Tuhan bahwa Dia menyelamatkan kita terlepas dari diri kita sendiri. Suami saya telah menjadi suami dan ayah yang penuh perhatian. Dia juga adalah pegawai gereja yang baik dan penatua di gereja kami. Tuhan itu baik!
Tiga tahun lalu, bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas telah digunakan untuk membantu menyebarkan Injil di antara penduduk asli di Taiwan, dan Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka tiga pusat pengaruh perkotaan yang ditujukan untuk penduduk asli dan lainnya di Taiwan. Terima kasih telah membantu menyebarkan Injil kepada semua kelompok orang di Difisi Asia-Pasifik Utara dengan Persembahan Sabat Ketiga Belas saat ini.
Posting Komentar