Sabat ke 7 - 13 November | Jepang 
Chie Chinyama, 43 Tahun


Saya sangat dikuatkan selama pandemi virus korona. Suami saya dan saya menjalankan kelas bahasa Inggris di Osaka, kota berpenduduk sekitar 2,7 juta orang di Jepang. Sekolah ditutup karena pandemi. Tetapi sebelum pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat, kami telah menyiapkan pembelajaran lewat daring dan luar biasa, kami berhasil mempertahankan 90 persen siswa kami.

Tetapi saya bahkan lebih heran pada seorang mantan siswa kami, seorang wanita berusia 60 tahun bernama Chikako, yang menghubungi saya pada saat puncak pandemi di Jepang. Kami telah saling kenal selama 13 tahun tetapi kehilangan kontak sekitar dua tahun lalu. Kemudian suatu hari ketika saya pulang dari kantor, saya menerima pesan darinya lewat Facebook Messenger. “Saya ingin menghadiri gereja Anda meskipun dalam keadaan pandemi ini,” tulisnya. 

Chikako bukanlah seorang Kristen, karena itu saya terkejut bahwa dia ingin tahu lebih banyak tentang Yesus. Kami pun saling mengirim pesan singkat tentang Kristen dan bagaimana saya menjadi seorang Kristen. Kami sepakat untuk bertemu pada hari Sabtu setelah kebaktian Sabat. 

Pada pertemuan kami, saya menceritakan perumpamaan tentang domba yang hilang. Dia mendengarkan dengan saksama kata-kata Yesus: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. 

Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (Lukas 15: 4—7). 

Chikako segera mengidentifikasi dirinya dengan domba yang hilang. Dia berkata bahwa Yesus telah memanggilnya untuk mengikutiNya selama bertahun-tahun, tetapi dia ingin membuat keputusan pada waktunya sendiri. Kata-kata Chikako yang selanjutnya membuat saya tertegun. 

“Saya tahu bahwa Yesus telah memanggil saya sebagai domba yang hilang, dan saya telah mengabaikan Dia,” katanya. “Tetapi sekarang saya tidak akan mengabaikan Dia lagi, dan saya ingin dibaptis.” 

Tampak jelas bagi saya bahwa Roh Kudus telah bekerja di dalam hatinya, khususnya selama pandemi ini, dan saya dengan senang hati membagikan ajaran dan kasih Yesus. 

Kami bertemu beberapa kali lagi setelah itu. Suatu hari Sabat, ketika kami berbicara tentang mengapa Yesus mati di kayu salib, dia tersentuh oleh cerita tentang pencuri di kayu salib yang, pada menit terakhir, memilih untuk mati sebagai orang yang benar-benar percaya kepada Yesus. Chikako sangat tersentuh oleh kenyataan bahwa Yesus selalu mengasihi dan siap mengampuni. Dia menyadari bahwa meskipun dia telah berusaha keras untuk menemukan kegembiraan dan kedamaian sendiri, dia tidak puas. 

“Saya ingin menjadi seperti pencuri di kayu salib dan menerima Yesus,” katanya. 

Pandemi virus korona mungkin mengganggu hidup kita, tetapi itu tidak dapat menghentikan Yesus untuk menarik orang kepada-Nya. Dia berkata, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala” (Yohanes 10: 16). 

Yesus bekerja dalam hidup kita bahkan ketika kita tidak melihat atau merasakannya. Yesus memanggil kita dengan nama dan akan menyelamatkan kita ketika kita berserah kepada-Nya. 

COVID-19 telah membuat pekerjaan daring seperti kelas bahasa Inggris virtual Chie yang menjadi berguna dalam membagikan Injil. Bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan digunakan untuk sebuah proyek untuk membantu orang Jepang, terutama kaum muda, untuk belajar tentang Yesus melalui internet. Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati.

Oleh Chie Chinyama

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama