Sabat ke 7 - 14 Agustus 2021 | Kepulauan Marshal, AS
Oleh Raijan, 15 Tahun
Oleh Raijan, 15 Tahun
Seorang anak misionaris berusia 15 tahun di Kepulauan Marshal menjalin persahabatan yang luar biasa melalui korespondensi dengan seorang misionaris yang sudah pensiun berusia 77 tahun di Negara Bagian Texas, AS yang jauh.
Persahabatan dimulai ketika misionaris yang sudah pensiun ini, Kakek Bob, mengetahui tentang keluarga anak misionaris ini melalui cerita misi dalam Berita Misi Advent yang terbit setiap triwulan. Ayah dari anak laki-laki ini bekerja sebagai kepala sekolah dan ibunya mengajar di sekolah misi Advent Hari Ketujuh di pulau terpencil Ebeye, dan Kakek Bob ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk menghidupi keluarga ini.
Dia telah berkontribusi dalam persembahan misi Sekolah Sabat setiap minggu, dan dia memberikan sesuatu yang lebih ketika Persembahan Sabat Ketiga Belas dikumpulkan untuk membantu sekolah ini pada tahun 2018. Tetapi dia mau melakukan sesuatu hal yang lebih lagi. Jadi dia memutuskan untuk mengirimkan paket peduli bulanan yang berisi mainan, makanan, serta perlengkapan sekolah untuk keluarga ini dan para misionaris lainnya di pulau itu.
Raijan berusia 13 tahun ketika paket pertama tiba, dia dan keluarganya bertelut dan bersyukur kepada Tuhan sebelum membuka bungkusan itu satu per satu. Tetapi sebelum dia bisa bermain dengan mainan baru atau mencicipi sebuah penganan, ayah berkata bahwa dia harus menulis surat rasa terima kasih untuk Kakek Bob. Mulai saat itulah persahabatan luar biasa melalui surat terbentuk. Kakek Bob mengirim paket, dan Raijan membalas dengan surat tulisan tangannya.
Selama tiga tahun, Raijan menerima banyak paket dan mengirim banyak surat.
Dia menuliskan tentang kegembiraannya saat menerima paket. Dia menceritakan perjuangannya di sekolah. Dia mengungkapkan ketakutannya pada kematian ketika seorang teman sekolah meninggal dengan tak diduga-duga dan bintang bola basket Kobe Bryant meninggal dalam kecelakaan helikopter pada minggu yang sama.
Pada waktu yang singkat setelah mengirim surat tentang kematian, dia menerima sebuah surat balasan dari Kakek Bob. Surat pertama dan satu-satunya yang dikirim Kakek Bob secara personal untuknya.
Tiga minggu setelah itu, Kakek Bob dirawat di rumah sakit dan tidak lama kemudian, dia pulang untuk dirawat di rumah. Selama dua minggu menjalani perawatan di rumah, Kakek Bob menyiapkan delapan paket untuk Raijan dan keluarganya. Putranya yang mengirim paket terakhir setelah Kakek Bob meninggal.
Kematian kakek Bob membuat Raijan tawar hati, tetapi dia terus menulis surat. Dia mengirimkan surat berikut ini kepada putra Kakek Bob sebagai respons atas sebuah paket: “Turut berbelasungkawa.”
Hari itu saat kami mendengar tentang kematian Kakek Bob, saya sangat terkejut, meskipun saya tahu dia hanya memiliki beberapa hari saja untuk hidup. Saya sebenarnya berharap sebaliknya. Awal Februari tahun ini saya menulis surat kepadanya tentang bagaimana kematian bisa datang begitu mudah kepada kita manusia dan tentang kematian yang baru saja terjadi dari sesama remaja dan bintang bola basket terkenal Kobe Bryant.
Seminggu kemudian, Kakek Bob membalas dengan sepucuk surat yang menuliskan bahwa meskipun kita bersedih ketika seseorang meninggal, kita tidak perlu takut pada kematian karena Tuhan kita telah menanggulanginya. Kakek Bob menuliskan bahwa kita harus menjalani hidup seolah-olah kita akan mati besok sambil berharap untuk hidup 100 tahun lagi. Kakek Bob mendorong saya untuk terus bersemangat dalam menjalani hidup atau saya akan kehilangan kesempatan-kesempatan baru yang tersedia pada esok hari, sementara juga menggunakan setiap hari sebagai kesempatan yang menyegarkan untuk bersaksi kepada orang-orang tentang Tuhan dan menggunakan potensi yang ada untuk memenangkan hidup mereka bagi-Nya.
Saya sangat berterima kasih atas dorongan dan penghiburan dari Kakek Bob karena sekarang saya tidak begitu bersedih hati, kalau bukan karena suratnya saya mungkin akan terus berduka.
Walaupun saya tidak pernah mengenalnya secara pribadi, saya telah dipengaruhi dan didorong olehnya untuk menjadi seorang yang lebih baik, ramah, dan penuh kasih. Dan meskipun saya tidak akan pernah mengenalnya secara pribadi di dunia ini, saya sungguh percaya bahwa saya akan melihatnya ketika kita semua masuk ke dalam surga suatu hari nanti. Saya mungkin tidak tahu seberapa besar kesedihan yang Anda rasakan, tetapi saya tahu bahwa Tuhan mengerti apa pun keadaan yang kita alami dan bahwa kita dapat menemukan penghiburan di dalam Tuhan.
Terima kasih atas persembahan misi mingguan Anda yang membantu menopang pekerjaan misionaris di Kepulauan Marshall dan di tempat lainnya di seluruh dunia. Terima kasih telah mempertimbangkan untuk melakukan sesuatu yang ekstra untuk memajukan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman.
Posting Komentar