Malaikat Di SPBU

Sabat ke 9 - 28 Agustus 2021 | Chicago, AS

Oleh Sakhile Sibanda Kamera 


Lamphai menatap dengan bingung jalan raya yang seperti labirin di sekitar dan di bagian atas dirinya di kota Chicago, AS. Dia tidak tahu bagaimana menemukan suaminya. Dia memandang ke empat anaknya yang duduk di dalam mobil dan bertanya-tanya dalam hati apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Pasangan ini tiba di Amerika Serikat sebagai pengungsi dari negara Laos—Asia Tenggara, dan mereka sementara mengemudi melintasi negara bersama enam anak mereka untuk mencari pekerjaan. Meninggalkan Sacramento, California, keluarga ini memulai perjalanan 1.400 mil (2.250 km) ke Grand Island, Nebraska, tempat mereka mendengar tentang sebuah pabrik yang mempekerjakan orang-orang dengan kemampuan berbahasa Inggris yang terbatas. Tetapi ketika mereka tiba, mereka mendapati bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut telah diisi dan perusahaan itu tidak lagi merekrut orang untuk bekerja. Namun mereka sudah berada di sana, tinggal di Amerika Serikat dengan enam orang anak, tanpa rumah, tanpa pekerjaan, dan hanya memiliki kemampuan yang terbatas dalam berbahasa Inggris.

Lebih parahnya, Lamphai tidak berani mengemudi dijalan raya AS. Dia baru saja belajar mengemudi dan menerima SIM saat berada di California, dan dua teman dari Californialah yang telah menemani keluarga ini ke Nebraska, satu mengemudikan mobil keluarga dan yang satunya mengemudikan truk pengangkut barang. Tetapi teman-teman mereka tidak bisa tinggal lebih lama.

Menghubungi semua orang yang bisa mereka pikirkan untuk meminta petunjuk, Lamphai dan suaminya akhirnya mendapat informasi tentang lowongan pekerjaan yang memungkinkan di Hollan, Michigan, yang jaraknya 750 mil (1.200 km) lagi. Lamphai memutuskan untuk memberanikan diri mengemudi di jalan raya AS dan percaya Tuhan menyertainya, dan keluarga ini memulai perjalanan 12 jam ke Michigan. Suaminya yang memimpin jalan, mengemudikan truk pengangkut dengan dua orang anak dan semua barang milik mereka. Dia mengikutinya bersama empat orang anak lainnya dengan mengemudikan mobil keluarga.

Semua berjalan lancar sampai ketika mereka di Chicago, Lamphai mencoba untuk mengikuti suaminya dari dekat, tetapi dia terjebak dalam lalu lintas yang padat dan kehilangan pandangan dari truknya. Kewalahan dan kebingungan di tengah jalanan yang ruwet, tidak dapat memutuskan ke arah mana, dia berhenti di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Baik dia maupun suaminya tidak memiliki ponsel. Tidak ada cara untuk menghubungi suaminya dan dia tidak tahu bagaimana menemukan tempat tujuan mereka. Harapan satu-satunya hanyalah Tuhan. Dia bersyukur banyak misionaris telah mengunjungi kamp pengungsi di Thailand untuk memberi tahu mereka tentang Tuhan.

Dia dan keempat anaknya bersama-sama berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk memohon bantuan.

Saat mereka membuka mata, mereka melihat seorang pria tampan berjalan ke arah mereka. "Biar kutebak," katanya. "Apakah kamu mencari suamimu, Veuy?

"Iya!" dia membenarkan dengan rasa heran.

Dia bertanya-tanya dalam hati, "Bagaimana orang yang sama sekali tidak dikenal ini mengetahui nama suamiku?"

"Masuklah ke mobilmu dan ikuti saya," kata pria itu, berbalik untuk masuk ke mobilnya.

"Saya akan menolongmu untuk menemukannya."

Dengan patuh, Lamphai mengikutinya kembali ke jalan raya dan melewati jalan raya Chicago yang membingungkan sampai tiba-tiba, di depan jalan, dia melihat truk pengangkut yang dikemudikan suaminya.

Rasa syukur membasuhi dirinya dan anak-anak. Lalu mereka mencari orang asing yang baik hati itu untuk mengucapkan terima kasih, tetapi dia telah pergi. Mobilnya menghilang sebelum mereka sempat melambaikan tangan selamat tinggal.

Keluarga ini tiba dengan selamat di Holland, Michigan, dan Veuy serta Lamphai mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan kapal lokal yang dimiliki oleh sebuah keluarga Advent. Mereka mulai menghadiri ibadah di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

Tak lama setelah itu, mereka mengundang teman-teman orang Laos untuk bergabung dengan mereka, dan gereja memberikan sebuah ruangan untuk kelompok kecil ini di mana mereka dapat beribadah dalam bahasa mereka sendiri. Kelompok ini bertumbuh dan sekarang sudah memiliki gereja sendiri di mana Lamphai dengan gembira memperkenalkan orang-orang mengenai Tuhan yang telah mengirim seorang malaikat ke SPBU untuk menolong dia menemukan jalan itu.

Beberapa jemaat orang Laos telah bertumbuh di seluruh Divisi Amerika Utara sebagai hasil dari Persembahan Sabat Ketiga Belas pada tahun 2011. Dengan Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini, Anda akan membantu menyediakan pendeta dan sumber daya bagi kelompok-kelompok seperti yang dimiliki Lamphai. Terima kasih telah merencanakan Persembahan Sabat Ketiga Belas dengan murah hati.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama